Contoh karya ilmiah tentang potensi kulit jeruk :
Potensi Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan
Bakar Fosil
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Batasan Penulisan
1.4
Tujuan Penulisan
1.5
Manfaat Penulisan
BAB II LANDASAN
TEORI
2.1 Sekilas Mengenai Tanaman Jeruk
2.2
Jenis – jenis Jeruk
2.3
Minyak Atsiri
2.4
Mengenal Potensi yang Ada Pada Jeruk
BAB III METODE PENULISAN
3.1
Teknik Pengumpulan Data
3.2
Sumber Data
3.3 Teknik Analisis Data
BAB
IV PEMBAHASAN
4.1 Struktur dan Kandungan Kulit Jeruk
4.2 Potensi kulit jeruk sebagai alternatif
pengganti bahan bakar fosil
4.3 Minyak atsiri dari kulit jeruk sebagai
minyak yang mudah menguap dan
terbakar
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hampir semua orang mengenal tanaman jeruk, terutama bagian buahnya yang sangat
digemari. Tanaman jeruk ini semula hanya berupa vegetasi alami yang menempati
areal yang cukup luas di Asia Timur dan Asia Selatan mulai dari Cina sampai
India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Kaledonia Baru. Namun saat ini
tanaman tersebut telah dibudidayakan di hampir semua negara tropis dan sub
tropis.
Tanaman jeruk ini tidak hanya disukai oleh masyarakat karena rasa buahnya yang
segar dan manis namun tanaman ini mempunyai begitu banyak manfaat antara lain
beberapa produk makanan yang dibuat dari jeruk, misalnya kulit buah untuk selai
dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk dan asam sitrat dari jeruk
lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak
menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya
bunga jeruk asam yang menghasilkan wewangian yang paling mahal.
Di Indonesia sendiri jeruk merupakan komoditas
buah-buahan terpenting setelah pisang dan mangga. Produksi jeruk di Indonesia
pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah jeruk
segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan
perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk
segar sebanyak 866.247 ton. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia
mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total ketersediaan mencapai jumlah
817.356 ton (Dirjenhorti; 2002).
Melihat kebutuhan akan tanaman jeruk cukup tinggi baik karena kandungan gizinya
maupun manfaat lain yang bisa diambil, maka penulis ingin mencoba menggali
potensi lain dari buah jeruk yang sebenarnya hampir terlupakan oleh kita,
yaitu pemanfaatan kulit jeruk.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, ternyata selama
ini kulit jeruk kurang dimanfaatkan terutama oleh masyarakat konsumen buah
jeruk. Umumnya para konsumen hanya memakan buah jeruk saja dan kulit jeruknya
hanya dijadikan limbah terbuang. Padahal sebenarnya kulit jeruk mempunyai
potensi yang sangat besar. Salah satunya adalah potensi pemanfaatan kulit jeruk
yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena
penulis melihat beberapa tahun terakhir ini energi dan bahan bakar merupakan
persoalan yang krusial di dunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi
dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera
memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga
minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius
yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.
Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan
bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang
dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit
yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak
Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa
ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis
dalam dua dekade mendatang. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan
bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia
nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber
energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut
menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti
bahan bakar minyak.
Melihat kondisi di atas penulis berusaha mengkaji potensi pada kulit jeruk yang
ternyata mengandung minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Minyak
atsiri ini yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif
pengganti bahan bakar fosil. Selanjutnya penulis ingin mempublikasikan potensi
kulit jeruk diatas terutama untuk bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
dan bernilai ekonomis yaitu sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kita
ketahui semakin lama semakin menipis serta dampaknya terhadap kondisi
lingkungan saat ini.
Oleh sebab itu, dengan karya tulis ini penulis berharap agar potensi minyak
atsiri yang ada di dalam kulit jeruk dapat di sosialisasikan kepada publik
hingga pada akhirnya dapat diteliti lebih lanjut sampai dengan pemanfaatannya
langsung sebagai bahan bakar.
1.2
Rumusan Masalah
Saat ini kondisi lingkungan kita semakin buruk akibat pengguaan bahan bakar
fosil serta jumlahnya sudah mulai menipis. Bagitu banyak dampak yang
ditimbulkan akibat pengguaan bahan bakar ini, salah satunya yang menjadi
masalah global dan perlu penanganan segera yaitu mengenai isu global warming.
Dampak ini tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan lingkungan saja, namun juga
berdampak terhadap kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah yang menjadi
dasar penulisan karya tulis ini, yaitu
Apakan kulit jeruk berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar
fosil ?
1.3
Batasan Masalah
Dalam karya tulis ini penulis hanya mengungkapkan pemanfaatan potensi kulit
jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
1.4
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh minyak yang terkandung
dalam kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
1.5
Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin diperoleh antara lain :
1 Dapat dijadikan objek masalah yang perlu dipikirkan lebih
lanjut mengenai pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti
bahan bakar fosil.
2 Dengan adanya karya tulis ini memungkinkan dapat memberikan
solusi, pemecahan dan jalan keluar yang baik akan masalah global saat ini,
terutama terhadap masalah lingkungan.
3 Dapat menjadi salah satu pilihan alternatif untuk
menghadapi masalah krisis bahan bakar yang perlu dikaji lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Sekilas Mengenai Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan
yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat
pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di
Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di
Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan
keprok dari Amerika dan Itali. (http://www.ristek.go.id)
Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut :
Divisi Spermatophyta
Sub divisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rutales
Keluarga Rutaceae
Genus Citrus
Spesies Citrus sp.
Menurut
Ir. Endang Vita A, MM tanaman jeruk adalah tanaman yang termasuk dalam Genus
Citrus yang terdiri dari 2 Sub Genus yaitu Eucitrus dan Papeda. Tanaman jeruk
yang termasuk eucitrus paling banyak dan paling luas dibudidayakan karena
buahnya enak dimakan. Tanaman jeruk yang termasuk Papeda, buahnya tidak enak
dimakan karena daging buahnya terlalu banyak mengandung asam dan berbau wangi agak
keras seperti jeruk purut.
Pada hakekatnya tanaman jeruk merupakan tanaman khas dan cocok di daerah sub
tropis. Dengan kata lain hasil panen jeruk yang diperoleh dari daerah tropis
sangat tinggi, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk adalah C selama 2
sampai 3 bulan merupakan°C. Suhu
rata-rata 21°antara 25 – 30 kondisi yang sangat baik.
Ketingggian tempat di atas permukaan laut menentukan juga apakah suatu jenis
jeruk cocok bagi pertumbuhan dan perkembangannya Ketinggian tempat menentukan
suhu dimana setiap kenaikan C. Jeruk°tinggi tempat 100 meter, suhu menurun sebesar 0,610 manis baik
ditanam pada ketinggian 600-1200m diatas permukaan laut, jeruk keprok dan jeruk
siam pada ketinggian 500-1200m diatas permukaan laut. Curah hujan yang optimum
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk adalah 1900-2400 m setahun.
Selain itu, tanaman jeruk memerlukan tanah yang relatif dalam, agar akar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Akar tanaman hanya tumbuh dan berkembang pada
daerah yang tidak tergenang air. Sifat kimia tanah yang paling menentukan untuk
tanaman jeruk adalah keasaman tanah (pH) dan kemampuan tanah untuk menahan
unsur hara. Tanaman jeruk dapat tumbuh pada kisaran pH 4 – 9, tetapi pH yang
optimal adalah 4,5 -8,0.
Pada dasarnya jeruk dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi tanaman
tersebut tidak tahan terhadap genangan air dan kurang mampu bersaing dengan
tanaman lainnya atau gulma untuk menyerap unsur hara dalam tanah. Oleh karena
itu, jeruk sangat cocok dibudidayakan pada tanah yang mempunyai struktur
gembur, tekstur berpasir hingga lempung berliat.
Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti
terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat
digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari.
Harga ekstrak minyak jeruk relatif mahal. Penjelasan berikut ini adalah cara
membuat minyak kulit jeruk dengan cara yang sederhana dan murah.
Sering kali kita memakan jeruk dan membuang kulitnya begitu saja, padahal
banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari kulit jeruk. Seperti untuk
manisan kulit jeruk, campuran pembuat kue, dan yang paling produktif adalah
minyak kulit jeruk yang dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman,
kosmetika, dan sanitari.
Jeruk merupakan tanaman khas dan memerlukan suhu rata-rata 20 derajat, cocok
untuk ditanam pada daerah sub tropis.
Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%),
mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal
(0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬-sinnsial (0,02%),
dan ¬- sinensial (0,01%).
2.2
Jenis-Jenis Jeruk
Ada berbagai jenis jeruk diantaranya :
a) Jeruk Nipis
Nama latin dari jeruk nipis adalah Citrus aurantifolia (christm) suringle.
Tetapi banyak nama-nama daerah dari jeruk nipis seperti : Kalangsa; Jeruk
nipis; Jeruk pecel; Jeruk alit; Kuputangan; Limo. Jeruk nipis merupakan
tumbuhan perdu yang bercabang banyak, tingginya 6 m, daunnya berbentuk
bulat-telur, bunganya berbentuk bintang, warnanya putih. Buahnya bulat rata dan
berkulit tipis, warnanya hijau kekuning-kuningan kalau sudah tua. Tumbuah ini
umumnya banyak ditanam di pekarangan dan di kebun. Kandungan kimia jeruk nipis
yaitu Asam sitral; Minyak atsiri; Linna; Lisasetat; d-limonen; L-linaliol;
Dihidrokumarinalkohol; Terpenool; Pinen; Kamfen. Tanaman ini berkhasiat sebagai
ekspektoran.
b) Jeruk Kikit
Nama latin dari jeruk kikit adalah Triphasia trifolia p.Wills . Nama daerah dari
jeruk kikit seperti : Jeruk kingkit; Liman kiah; Liman kunci; Kalijage; Jheruk
rante. Jeruk kikit merupakan Perdu tegak, lemah, tinggi 1,5-2,5 m ranting pada
ujung membengkok kesana-kemari, duri dua dua terkumpul dalam ketiak daun. Daun
menjari berbilangan 3, anak daun oval dengan ujung melekuk ke dalam, ukuran
1,5-4,5 kali 1-3 meter. Bunga terkumpul 1-4 dalam ketiak daun bermahkota 3
lembar berwarna putih, panjang 12-16 mm, berwarna merah, daging buah berupa
cairan yang lekat. Tumbuhan ini umumnya tumbuh di pekarangan rumah dan di
ladang pada ketinggian 1-500 m dpl. Kandungan kimia jeruk kikit yaitu
Coumarins; Isomeranzin; Umbelliferone; Tripasiol atau 7 – (3-methyl-2,3
dihyroxybutyloxy)-8-(3-methyl-2-oxobuthyl); Coumarin Tanaman ini berkhasiat sebagai
Antidiare; Ekspektoran
c) Jenis-jenis Jeruk Lemon
Jeruk lemon ternyata bermacam-macam. Buahnya sebenarnya asam sekali dan tidak
langsung dapat dinikmati, tetapi setelah diperas dari buahnya. Ia digemari
sebagai minuman segar.
Jeruk lemon yang berasal dari Asia (Cina dan Vietnam) itu, sudah banyak
dibudidayakan di Indonesia. Antara lain lemon tea, lemon squash, jeruk sitrun,
lemon cui, dan rough lemon. Semuanya dibudidayakan untuk diambil sari buahnya
dan dijadikan limun atau dijadikan campuran minuman lain. Ia dapat tumbuh
dengan baik, mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi. Di daerah
tropis suhu minimum yang dibutuhkan 150 C. sedangkan di daerah subtropis suhu
terendah dapat mencapai 60 C. Pohonnya menghendaki tanah yang gembur dengan pH
netral. Ia juga perlu mendapat sinar matahari penuh (tempat terbuka).
Sebenarnya jeruk lemon yang kita kenal ini (Citrus limonia) ialah salah satu
varietas dari jeruk sitrun (Citrus medica). Yang pertama ialah C. medica var.
limonia yang juga disebut true citrun. Varietas ini kemudian populer dengan
sebutan C. limonia. Yang kedua ialah C. medica var. proper namun di Indonesia,
yang populer dengan sebutan sitrun hanyalah salah satu dari varietas C.
limonia, yakni yang bentuk buahnya bulat telur. Sementara varietas-varietas C.
limonia lainnya lebih populer dengan sebutan lemon. Kemudian C. medica var.
proper yang di Inggris disebut sitrun, di Indonesia lebih dikenal sebagai jeruk
pepaya (jerpaya) atau jeruk sukade.
Lemon teav
Varietas dari Citrus limonia ini batangnya tampak kokoh dan berkesan kaku,
dengan percabangan banyak dan tidak berduri. Padahal tanaman lemon semuanya
berduri. Daunnya hijau tua sepanjang 10-11 cm, selebar 4-4,5 cm. Tepinya
bergerigi. Tanaman ini berbuah terus-menerustanpa mengenal musim. Pada umur 4
tahun tanaman sudah berproduksi dan hasilnya bisa sampai 4 kuintal.
Bentuk buahnya bulat agak lonjong, dengan diameter 3 cm, sepanjang 3,5 cm,
mirip jeruk nipis, tetapi lebih besar. Tiap 1 kg berisi 20 buah. Warna kulit
buahnya hijau kekuningan, tapi menjelang matang akan menguning dan permukaannya
menjadi halus. Daging buahnya cukup berair dengan biji lebih sedikit dibanding
jeruk nipis. Rasanya tidak terlalu masam dan aromanya kurang tajam. Lemon tea
terutama dimanfaatkan untuk minum teh dan juga untuk bumbu penyedap masakan
ikan dan daging.
Lemon squashv
Varietas Citrus limonia ini batangnya banyak ditumbuhi duri-duri
tajam yang panjang (1,5-2 cm). Percabangannya banyak dan tampak sangat lentur,
sehingga buahnya yang besar-besar sering tergolek di tanah. Ia dapat berbuah
setiap saat bila mendapat pengairan yag cukup. Tetapi jika kekurangan air,
pembungaan akan berhenti.
Daun lemon squash berwarna hijau tua, berbentuk runcing dengan tepian yang
bergerigi. Dibanding dengan lemon tea, ukuran daun lemon squash lebih panjang,
yakni 10-12 cm. Lebarnya 4-5 cm.
Bentuk buahnya lonjong seperti labu siam. Panjangnya dapt mencapai 15 cm,
dengan diameter 5-7 cm. Dalam 1 kg terdapat 8 butir buah. Kulit buahnya tebal,
berwarna hijau tua dan akan menguning sewaktu matang. Daging buah lemon squash
berair banyak dan masam sekali rasanya. Aromanya agak tajam bila matang. Dalam
satu tandan terdapt butir buah. Lemon squash dapat dipanen terus-menerus sejak
mulai menghasilkan. Seperti juga lemon tea, lemon squash dimanfaatkan untuk
minuman.
Jeruk sitrunv
Sebenarnya yang kita sebut jeruk sitrun ialah salah satu varietas C limonia.
Bentuk buahnya bulat telur. Ujung buahnya dihiasi pentil (puting) yang indah.
Karena berputing, penggemar jeruk di Indonesia menngenalnya dengan sebutan
lemon susu. Sari buahnya sangat asam, tetapi aromanya sedap sekali khas sitrun.
Sehingga sari buah ini banyak dibotolkan sebagai limun, atau diminum sebagai
sari buah segar.
Pada tanah yang baik dengan pengairan yang cukup, jeruk sitrun dapat berbuah
sepanjang tahun. Tanaman ini sangat baik dikebunkan di dtaran rendah maupun
dataran tinggi sampai 1000 m dpl. Setelah berumur 3 tahun, jeruk sitrun mulai
berbuah. Per pohon menghasilkan rata-rata 90 buah.
Jeruk sukadev
Varietas jeruk sukade dan forma jeruk tangan (C. medica var. proper) berbentuk
perdu, yang buahnya serba menyimpang. Ia disebut jeruk sukade karena
kulit buahnya yang tebal dimanfatkan sebagai manisan yang pada zaman
Belanda dulu terkenal sebagai sukade. Jeruk sukade juga sering dipakai untuk
campuran pembuatan kue. Buah jeruk sukade besar, pada ujungnya terdapat pentil
yang menonjol seperti pusar yang besar. Karena kulit buahnya tebal, daging
buahnya jadi sedikit sekali. Saat masak kulit buahya msih tetap hiaju. Jeruk
sukade juga dapat diambil minyak atsirinya.
Forma jeruk tangan atau jeruk jari budha masih satu varietas dengan jeruk
sukade, namun berbeda forma (C. medica var. proper forma digitata). Jeruk
tangan disebut “tangan” karena buahnya yag masih muda merupakan
sekelompok buah bercabang seperti tangan dengan 5 jari. Selain untuk bahan kue,
buah ini juga dapat digunakan sebagai bahan obat yang dipercaya ampuh untuk
mengatasi berbagai macam penyakit.
Lemon cuiv
Batangnya berwarna gelap, beranting banyak tanpa duri. Tajuknya mirip sapu
terbalik. Daun lemon cui kecil-kecil, hijau tua agak bulat dengan panjang 2-3
cm dan lebar 2 cm. pinggiran daun rata dan cenderung menghadap ke atas.
Buah lemon cui yang juga disebut jeruk Manado ini bentuknya bulat sebesar ibu
jari tangan dengan ujung agak rata. Warna kulit buah sejak muda hingga tua
tetap hijau tua. Buah yang matang pori-pori kulitnya lebih besar dan tampak
kuning kemerahan. Jika ditekan dengan jari, buahnya agak ‘gemur’. Daging
buahnya berair banyak, berbiji, asam rasanya, dan tajam aromanya. Lemon cui
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Ia merupakan suatu forma dari jeruk lemon,
Citrus limonia.
Rough lemonv
Ruogh lemon merupakan hibrida jeruk sitrun dengan jeruk manis. Tanaman ini
sangat baik tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 m dpl.
Buahnya juga sering disebut lemon kasar karena kulit buahnya yang
bergelembung-gelembung kasar.
Bentuk buahnya agak bulat dengan dasar buah agak menonjol bewarna kuning
oranye. Buah yang rasanya masam sakali itu berbiji banyak yakni 10-15 butir.
Bijinya mudah sekali ditumbuhkan dan dapat menghasilkan turunan nucellar
seedling keasliannya dapat terjamin 95%. Di Indonesia, rough lemon hanya
dikenal oleh pengusaha pembibitan saja, terutama dipakai sebagai batang bawah
untuk bibit okulasi.
(Sumber: Jenis-jenis Jeruk Lemon. Meina D dan Karjono. Trubus edisi Desember
1992/XXII).
d) Jeruk Pontianak
Jeruk Pontianak (citrus nobilis var. microcarpa) merupakan jenis jeruk siam
dengan ciri fisik kulitnya tipis dan licin mengkilat. Jeruk Pontianak mempunyai
rasa yang manis dan merupakan salah satu komoditas unggulan Kota Pontianak.
Sebenarnya jeruk ini bukanlah hasil produksi pertanian Kota Pontianak. Sentral
tanaman jeruk justru berasal dari Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Namun
sejak lama jeruk ini telah dikenal dengan merek dagang “Jeruk Pontianak”. Dalam
istilah bahasa Melayu, “Tebas punye jeruk, Pontianak punye name”.
Sejarah pengembangan Jeruk Siam yang akhirnya terkenal sebagai Jeruk Pontianak
di Kalimantan Barat sejak tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas Kabupaten
Sambas. Bibitnya berasal dari negara Tiongkok. Hingga awal tahun 1950 jeruk
siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1.000 ha. Tahun 1960 sebagian
besar pohon jeruk ini ditebangi karena terserang penyakit.
(Sebagian besar sumber tulisan ini dari situs resmi Provinsi Kalimantan Barat http://www.kalbar.go.id)
e) Jeruk jeruk keprok Tejakula
Jeruk keprok Tejakula. Warna, rasa dan aroma buahnya pernah mengharumkan nama
Bali dan mengangkat tinggi kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten
Buleleng, Bali. Karena serangan penyakit CVPD jeruk ini menjadi kultivar jeruk
yang langka.
f) Jeruk jeruk keprok So’e
Jeruk keprok So’e, NTT, merupakan jeruk yang sangat mirip dengan jeruk
Tejakula, karena memang dalam sejarahnya bibit yang ditanam didatangkan dari
Buleleng.
g) Jenis jeruk lainnya
beberapa jenis jeruk yang banyak bereda di pasar seperti; jeruk Selayar, jeruk
siem Kintamani, jeruk Buleleng, jeruk So’e, keprok Lumajang, jeruk madu, dan
lain-lain, yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda.
Jeruk Siem Kintamani yang banyak ditanam di Kabupaten Bangli, Bali, terutama di
daerah sekitar Kintamani. Serangan penyakit CVPD ditemukan secara meluas
di daerah ini, yang sebagian besar (83%) penyebarannya melalui bibit.
Jeruk keprok Jemberana (Bali Barat) yang mungkin bibitnya berasal dari jeruk
Tejakula.
Jeruk keprok Plaga (Batu 55) yang secara terbatas ditanam di daerah Plaga,
Badung, Bali.
2.3 Minyak
Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,
sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan
(hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat
alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga
mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang
berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai
minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat).
Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu
aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa
organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Beberapa minyak atsiri penting
• Minyak adas atau fennel /foenicoli oil
• Minyak cendana atau sandalwood oil
• Minyak cengkih atau euganol oil
• daun cengkih atau leaf clove oil
• Minyak kayu putih
• Minyak kenanga atau ylang-ylang oil
• Minyak lawang
• Minyak mawar
• Minyak nilam
• Minyak serai
Selain itu, dikenal pula beberapa “minyak” (atau dalam bentuk salep) yang
sebenarnya merupakan kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya:
• Minyak telon
• Minyak tawon
• Minyak angin
• Beberapa minyak gosok dan salep gosok.
2.4 Mengenal Potensi Yang Ada Pada Jeruk
Jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting di Indonesia
setelah pisang dan mangga. Di Indonesia, beberapa jenis jeruk yang
umum dibudidayakan dapat digolongkan pada beberapa kelompok seperti : jeruk
Keprok, jeruk Besar, jeruk Nipis dan jeruk Lemon. Jeruk Siam (Citrus nobilis
var, microcarpa Hassk) termasuk salah satu varietas jeruk Keprok yang paling
banyak diusahakan dan mendominasi 60% pasaran jeruk nasional. Jeruk Siam tumbuh
baik di berbagai daerah sentra produksi seperti Kalimantan Barat (Pontianak),
Kalimantan Selatan (Banjar), Jawa Barat (Garut), Jawa Timur (Pasuruan), dan
Bali (Bangli) (Dirjenhorti; 2002).
Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila
kebutuhan konsumsi buah jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30
buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa
memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data tahun 2001
menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total
ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002). Kebutuhan
tersebut masih harus ditambah untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan industri
pengolahan.
Mengingat prospek dan potensi pasar sangat besar baik di dalam maupun di luar
negeri, maka pengusahaan jeruk di Indonesia memerlukan peningkatan baik
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Produksi jeruk di Indonesia sejak tahun
1995 sampai 1998 mengalami penurunan yaitu : tahun 1995 produksi jeruk mencapai
1.004.631 ton turun menjadi 730.860 ton pada tahun 1996, dan 696.422 ton pada
tahun 1997 serta 613.759 pada tahun 1998. Sampai saat ini produktivitas jeruk
di Indonesia masih rendah yaitu berkisar 8,6 – 15 ton/ha/tahun (BPS; 1995),
sedangkan di daerah tropik lainnya produktivitas jeruk mencapai 20 ton/ha,
bahkan di daerah produsen utama jeruk dunia di daerah subtropik dapat mencapai
40 ton/ha.
Saat sekarang jeruk dinilai sebagai salah satu sumber utama vitamin C. Banyak
macam sayuran dan buah selain jeruk mengandung asam ascorbat namun jeruk segar
dan hasi olahannyalah yang paling banyak kandungan vitamin C-nya. Di negara
Amerika Serikat vitamin C dari jeruk berikut hasil olahannya telah
menyumbangkan 60 % dari RDA penduduk. Kandungan vitamin C jeruk per unit berat
sebenarnya tidak terlalu tinggi hanya 50 mg/100g. Dibandingkan dengan
kebanyakan sayuran atau buah-buahan lain yang dikenal sebagai sumber vitamin C
seperti jambu biji yang kandungan vitamin C-nya mencapai lebih dari 100
mg/100g, namun mungkin karena disukai oleh semua tingkat umur maka jeruk dapat
berperan menjadi sumber utama vitamin C.
Jeruk khususnya selalu dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi sekarang
produksi sari buah sangat menonjol. Beberapa produk makanan lainnya dibuat dari
jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari
kulit buah jeruk dan asam sitrat dari jeruk lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah
dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya
merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang menghasilkan
wewangian yang paling mahal.
Baik daun, buah maupun kulit dapat digunakan sebagai bumbu atau rempah. Khasiat
obat dari jeruk tidak terlalu banyak, tetapi flavonoid dari korteks bagian
dalam memeliki khasiat anti tumor. Beberapa manfaat terapi dari buah jeruk
antara lain dapat mengatasi kekurangan asam perut, memperlancar percernaan dan
sebagai obat diare yang disebabkan enstritis dan disentri.
Manfaat dan khasiat jeruk keprok mandarin untuk terapi antara lain untuk
pertahanan tubuh, anti kanker, memerangi infeksi firal, menurunkan tingkat
kolesterol, dapat menguatkan dan memberikan gizi pada paru, memperbaiki limpa,
membantu menghentikan batuk dan mengeluarkan dahak.
Selain itu , di dalam kulit jeruk dan sejumlah tanaman lainnya terdapat sejenis
minyak yang mudah menguap yang disebut dengan minyak atsiri (dalam Bahasa
Inggris disebut essential oil). Masing-masing minyak atsiri tersebut menghasilkan
aroma yang berbeda-beda. Pada kulit jeruk aroma yang ditimbulkan adalah aroma
khas kulit jeruk. Minyak atsiri ini mudah terbakar. Karena itulah ketika
terkena api lilin, nyala api semakin besar.
BAB III
METODE PENULISAN
Dalam
penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode dekskriktif kualitatif
biasanya menggunakan literature review di mana data di ambil dari data tertulis
dan seperti dokumen, laporan journal dan sumber data lain. Sumber data ini
biasanya dari data primer dan data sekunder.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi
:
Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang
sudah ada sebelumnya baik melalui buku, jurnal dan internet.
Percobaan
sederhana : Pengumpulan data dengan melakukan percobaan sederhana yaitu dengan
menyemprotkan kulit jeruk dengan melipatnya terhadap nyala api.
3.2
Sumber Data
Sumber data primer di dapat dengan melakukan percobaan sederhana. Sumber data
sekunder didapatkan dengan pengumpulan buku, jurnal dan internet.
3.3 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam karya tulis ini dikumpulkan dengan cara studi pustaka
dan dokumentasi. Kemudian data-data tersebut dianalisis dengan cara menyajikan
dan menerangkan data dalam bentuk kalimat yang sestematis sehingga diperoleh
suatu kesimpulan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Struktur dan kandungan kulit jeruk
Kulit jeruk adalah bagian penting dari keseluruhan buah jeruk. Kulit jeruk
melindungi bagian yang ada di dalamnya untuk tetap mengalami proses biologi.
Secara umum kulit jeruk terdiri atas bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar
cenderung berwarna tergantung dari jenis jeruknya. Untuk suatu proses biologi,
dalam perkembangannya kulit jeruk, terutama warnanya bagian bawah atau sisi
bagian dalam dari kulit jeruk umumnya berwarna putih dan terasa lembut bila
disentuh. Kulit jeruk memiliki bintik yang cukup besar sehingga terlihat
seperti pori-pori. Namun pada dasarnya kulit jeruk itu terbentuk dari
kantong-kantong kecil yang rapat. Kantong inilah yang berisi cairan berupa minyak
atsiri yang bila kulit jeruk dilipat, kantong-kantongnya pecah dan minyak akan
menguap menjadi gas. Komposisi-komposisi dari gas pada kulit jeruk itu sendiri
kompleks dan keseluruhannya membentuk gas yang mudah lepas pada udara bebas.
Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti
terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat
digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari
(Kresno Aji)
4.2
Potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil
Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap. Selain itu, gas
yang terdapat dari kulit jeruk ini juga mudah terbakar. Dalam kondisi yang
masih segar, penulis mencoba menyemprotkan minyak atsiri tersebut pada nyala
api lilin. Ternyata yang terjadi adalah api membesar dan menimbulkan
percikan-percikan api kecil.
Hal ini berarti bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk ini
berpotensi sebagai bahan bakar. Daya bakarnya cukup luar biasa, tanpa tambahan zat
lain ataupun proses lainnya. Gas ini telah menunjukkan bahwa minyak atsiri ini
sangat berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Sebelumnya telah ada pihak yang mencoba mengkaji tentang apa yang terkandung
dalam kulit jeruk ini ternyata pada kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri
dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan
sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk
minuman, kosmetika, dan sanitari.
Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%),
mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal
(0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬-sinnsial (0,02%),
dan ¬- sinensial (0,01%). (Kresno Aji)
Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Atas
kondisi itu, penulis berpendapat bahwa minyak atsiri dari kulit jeruk
digolongkan lebih dekat sebagai gas.
Dari fakta ini sangat memungkinkan minyak atsiri pada kulit jeruk ini sebagai
pengganti bahan bakar fosil, namun sejauh ini penulis belum bias mengkaji lebih
jauh untuk memanfaatkan minyak atsiri ini sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Kemungkinannya sangat dekat sekali minyak atsiri pada kulit jeruk sebagai
alternatif pengganti bahan bakar fosil karena daya bakarnya sangat luar biasa.
4.3
Minyak atsiri dari kulit jeruk sebagai minyak yang mudah menguap dan terbakar
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,
sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan
(hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat
alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga
mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang
berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai
minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap
senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan
rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma
tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik
terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Di dalam kulit jeruk terdapat zat-zat seperti limonen (94%), mirsen (2%),
llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral
(0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬sinnsial (0,02%), dan ¬sinensial
(0,01%).
Menurut penulis, minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk terdapat
senyawa-senyawa sejenis senyawa yang menyebabakan titik didih minyak atsiri
tersebut rendah, namun sejauh ini penulis hanya dapat memprediksikan
berdasarkan cirri-ciri kimia yang ada pada minyak atsiri.
Kami juga berpendapat bahwa minyak atsiri ini memiliki perubahan entalpi C, C
adalah combustion atau°HDH) atau kalor pembakaran standar (D( pembakaran) yang kurang dari 1000 Kj/mol
seperti yang ada pada gas alam. (T.Sasongko,dkk)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa minyak atsiri yang
terkandung dalam kulit jeruk memiliki potensi sebagai alternatif pengganti
bahan bakar fosil.
5.2 Saran
Untuk penelitian lanjutan hendaknya dapat mengkaji lebih jauh bagaimana minyak
atsiri dalam kulit jeruk ini dapat menggantikan posisi bahan bakar fosil.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ristek.go.id
http://localhost/agromedia
http://localhost/agromedia/?pilih=news&aksi=lihat&id=12
http://www.citrus-indonesia.com,
http://www.kalbar.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_Pontianak
http://www.chem-is-try.org Sains
http://www.chem.cornell.edu/gc39